Postingan

Pendidik Generasi

"Dibalik laki laki yang hebat terdapat perempuan yang tangguh" sebuah jargon pelipur lara bagi kaum hawa, tapi sebenarnya keberadaan seorang perempuan jauh dan lebih mulia dari kalimat diatas, bahkan dalam kacamata islam “Dibalik sebuah umat yang berjaya terdapat para Ummahat yang tangguh”. Sedikit kita menengok kebelakang, semenjak keruntuhan khilafah Utsmaniyyah peradaban Yahudi benar benar ingin menguliti umat Islam ini dalam-dalam, memutus segala peluang untuk kebangkitan, dan menyerang kita dari berbagai sisi. Bukan bermaksud melimpahkan kesalahan kepada orang lain, jelas semua itu akibat kelemahan kita, jauhnya kita dari agama. Akan tetapi, ada yang menarik. Kalau kita perhatikan semenjak umat islam kehilangan induknya, akan tetapi umat ini tak henti hentinya melahirkan para pahlawan hebat; Umar Mukhtar, Khattabi, Syamil Basayef, pangeran diponegoro, dan sederet para pahlawan kebangkitan lainnya. Mengapa? Karena pada saat itu umat Islam sebagai kesatuan memang t...

Satu Kali Lagi

  Ingatkah kita pada kisah pekerja kebun, miskin Bernama Mubarak yang karena kesalehan dan kewara’annya ia mampu bersanding dengan putri shalehah nan cantik pemilik kebunnya yang nantinya akan melahirkan seorang ahli ilmu multi talenta Abdullah bin Mubarak? Ingatkah kita pada pertemuan cinta Tsabit dengan apel syubhat yang mengarahkannya kepada pelaminan Bersama sang permai suri suci nan terjaga, yang kelak akan melahirkan seorang ulama kenamaan Abu Hanifah? Cukup yang menjadi pengingat kita semua adalah keshalihan Ashim bin Umar bin Khattab yang bersua dengan kejujuran serta keshalihan seorang gadis penjual susu. Dari mereka berdua terlahir seorang Wanita yang sangat shalihah yang dikemudian hari akan dipersunting oleh seorang anak raja Bernama Abdul Aziz bin Marwan di masa depan akan melahirkan seorang tokoh yang disepakati oleh banyak ulama sebagai Mujadid umat Islam yang pertama, Umar bin Abdul Aziz. Belum cukupkah seluruh kisah kisah ini menyentak diri sendiri agar beran...

Membenahi Niat

  Karena ibadah terpanjang, terberat dan akan berlanjut hingga ke akhirat. Maka niatnya pun harus benar semenjak awal. Mungkin jika ibadah ibadah yang lain, salah atau ada percikan noda Ketika meniatkannya rasa dan akibatnya hanya akan dirasa nanti. Akan tetapi menikah bila salah niatnya, menyesal semasa dunia terlebih lagi akhirat akan lebih tersiksa karena sepanjang penyesalan, salahnya niat menikah yang mungkin memakan lebih dari separuh umur itu semua akan dipertanggung jawabkannya di hari nanti. Alasan disematkannya Mitsaqan Ghalidzan adalah niat yang lurus untuk beribadah, bukan cinta. Hanyalah sebuah cinta yang fana apabila muncul sekedar karena tatap muka, atau yang terlahir tanpa tahu seluk beluk dan akhlak setiap harinya. Cinta yang hakiki adalah yang berawal, berproses dan berakhir padaNya. Maka niat adalah modal utama. Mengapa niat itu jauh lebih penting dari pada cinta? Karena apabila hati seseorang sudah tulus meniatkan hanya untukNya, menandakan rongga dadany...

Mahkota Sang Mawar

  Jikalau sekumpulan pemuda yang masih mempertahankan kelajangannya ngobrol apapun topiknya pasti akhir dari pembicaraannya adalah tentang cinta, nikah dan segala yang berbau dengan aroma aroma itu. Hingga mungkin pada akhirnya kadang saling menunjukkan foto sederet perempuan sambil berkata kepada Sebagian yang lain “Yang mana nih” dengan jari yang terus menusap dan menggesernya agar terlihat satu persatu lebih jelas. Salah satu pemuda di antara mereka tidak mau ikut ikutan, dia hanya diam tak bergeming memperhatikan hal yang lain. Sambil berdo’a dalam hati “At Thoyyibatu Lit Toyyibina wat Tayyibuna lit Toyyibaat” Ia berkesimpulan dalam benaknya, jikalau perilaku kita seperti itu; tak bisa jaga pandangan, tak jaga hati, dengan segudang perilaku yang jauh dari syar’i. maka secara automatis orang yang kelak akan menjadi pasangannya di masa depan akan sama sama tidak menjaga diri mereka. “Ya Rabb, jagalah ia sebagaimana diri ini aku jaga” ungkapnya dalam hati. Ia juga sangat y...

Keindahan Mawar Merah

  Tak perlu dunia tau dimana tempat bersemayammu Tak perlu kau umbar pesonamu Cukup rasa malu itu menjadi mahkota semesta Takutmu kepadaNya menjadi duri yang mengalung indah Dengan kelembutan hati yang luluhkan dunia Semua dibalut dengan keshalihan Dalam untaian do'a dan dzikir Kedekatan dengan kalamNya adalah penjamin segala Tak perlu khawatir Karena pejuang mawar tahu bahwa mawar terbaik, yang tersembunyi tak tersingkap Memetiknya perlu pengorbanan, Hingga luka saat menggenggamnya tapi tetesan merah itu, justru semakin kuatkan cinta Ia nikmati setiap bebannya dengan tiga cinta Tetaplah anggun dengan kejujuran Jadilah mawar merah terbaik di penghujung penantian

Menjaga Mimpi

Wahai mawar merahku Bersama kita jaga mimpi ini Menjaga dalam hati juga kelak mewarisi Jalan terjal, onak berbatu siap mencekal Ingatkan diri ini bila mulai menjauh dari visi Tegur kelalaian diri ini bila tapak kaki ini mulai tak seiring dengan misi Marahlah, bila sisi lain jiwa ini mulai tunjukkan kenifakan Niat kita besar, tapi tak ada yg tau esok hari Tentang esok dan nanti kita hanya bisa menanam asa Allah-lah penentu segala Sang pelaksana sesungguhnya akan cita Penjaga hati agar terus tertuju padanya Menjadi Taufiq ketika bersepadu Dan Ia juga yg menakdirkan diri ini hingga bersanding bersamamu Beriringan melangkah menguatkan Hingga sampai ataupun tidak Usaha maksimal, dengan ilmu dan keyakinan yg mengakar telah terberi Mungkin kelak, kita hanya menyaksi anak keturunan atau para murid hati Menarik kita kelak ke derajat surga tertinggi Kuatkan aku wahai mawar surgawi

Siap berjuang

Berbeda sudut pandang, berbeda juga cara menghadapi dan merasainya. Mungkin orang lain bilang mengabdi dan perjanjian, tapi bagi pemuda itu sendiri itu lebih dari itu. seperti para sahabat Nabi dari kalangan Anshar yang sama sekali tidak menjadikan perjanjian tertulis mereka dengan Rasulullah sebagai pengikat dan patokan. Satu satunya perjanjian para sahabat Nabi sekaligus ikatan terkuatnya adalah keimanan dan kecintaan mereka terhadap Rasulullah. Sebagaimana sang Qowwiy dan Amin Nabi Musa lebih memilih untuk memberikan Amanah serta komitmennya untuk bekerja sekaligus belajar kepada Nabi Syu’aib 10 tahun dari pada 8 tahun. Mengapa? Begitulah seorang yang Amanah membalas jasa dan membuktikan keloyalannya. Bagi pemuda itu 5, 10, 20 tahun bahkan jikalau harus seumur hidup bukan menjadi masalah. Yang terpenting adalah bagaimana melewati tahun tahun itu dengan kemanfaatan maksimal dan sejalan dengan visi serta misi kehidupan serta idealismenya. Terlebih lagi begitu banyak hal yang telah ibu...