Membenahi Niat

 

Karena ibadah terpanjang, terberat dan akan berlanjut hingga ke akhirat. Maka niatnya pun harus benar semenjak awal.

Mungkin jika ibadah ibadah yang lain, salah atau ada percikan noda Ketika meniatkannya rasa dan akibatnya hanya akan dirasa nanti. Akan tetapi menikah bila salah niatnya, menyesal semasa dunia terlebih lagi akhirat akan lebih tersiksa karena sepanjang penyesalan, salahnya niat menikah yang mungkin memakan lebih dari separuh umur itu semua akan dipertanggung jawabkannya di hari nanti.

Alasan disematkannya Mitsaqan Ghalidzan adalah niat yang lurus untuk beribadah, bukan cinta. Hanyalah sebuah cinta yang fana apabila muncul sekedar karena tatap muka, atau yang terlahir tanpa tahu seluk beluk dan akhlak setiap harinya. Cinta yang hakiki adalah yang berawal, berproses dan berakhir padaNya.

Maka niat adalah modal utama.

Mengapa niat itu jauh lebih penting dari pada cinta? Karena apabila hati seseorang sudah tulus meniatkan hanya untukNya, menandakan rongga dadanya dipenuhi udara kecintaan kepadaNya. Maka apa apa yang terkait denganNya, pasti akan muncul dan timbul dengan sendirinya.

Oleh karena itu salah satu pertanyaan wajib yang harus ditanyakan Ketika ta’arufan adalah apa tujuan menikah? Jawabannya hanya ibadah. Ketika itu sudah terpatri maka embel embel niat bermanfaat lainnya akan ikut membarengi.

Oleh karena itu juga satu satunya kreteria inti yang harus dituju dan menjadi alasan kuat hubungan itu terjalin adalah agama yang Nampak dari keshalihan dan akhlak.

Niat yang lurus ini tidak akan bisa dibohongi. Karena dari sini juga berkecambah jutaan masalah, alasan dan kesulitan yang merintangi tertunaikannya sunnah Nabi ini. Kecuali memang udzur syar’I seperti Thalabul Ilmi.

Karena Ketika niatnya adalah yang lain, maka ia akan cenderung mempersulit diri, membatasi dan memberi syarat syarat yang sebenarnya hanya fatamorgana. Seperti pasangan yang sempurna dalam setiap sisi; kaya, cantik, pintar, shalehah, dll.

Satu satunya persiapan yang harus disiapkan semenjak awal, pertengahan hingga menit menit terakhir akad bahkan hingga nanti menjelang wafat adalah lurusnya niat.

Tanyakan pada diri sudah luruskah niat ini? Benarkah yang diinginkan adalah untuk ibadah? Sudah jujurkah pada niat ibadah ini? Atau semua itu masih cenderung kebohongan yang diperindah dalam ucapan hanya sekedar membuat orang lain terkagum? Jujurlah kepada Allah.

Ya Rabb, golongkanlah kami orang orang yang jujur terhadap apa yang tersirat dalam hati, terucap dalam kata dan jadikanlah kami orang orang yang menunaikan ibadah muliamu ini benar benar karenaMu.

Komentar