Satu Kali Lagi
Ingatkah kita pada kisah pekerja kebun, miskin Bernama
Mubarak yang karena kesalehan dan kewara’annya ia mampu bersanding dengan putri
shalehah nan cantik pemilik kebunnya yang nantinya akan melahirkan seorang ahli
ilmu multi talenta Abdullah bin Mubarak?
Ingatkah kita pada pertemuan cinta Tsabit
dengan apel syubhat yang mengarahkannya kepada pelaminan Bersama sang permai
suri suci nan terjaga, yang kelak akan melahirkan seorang ulama kenamaan Abu
Hanifah?
Cukup yang menjadi pengingat kita semua adalah
keshalihan Ashim bin Umar bin Khattab yang bersua dengan kejujuran serta
keshalihan seorang gadis penjual susu. Dari mereka berdua terlahir seorang Wanita
yang sangat shalihah yang dikemudian hari akan dipersunting oleh seorang anak
raja Bernama Abdul Aziz bin Marwan di masa depan akan melahirkan seorang tokoh
yang disepakati oleh banyak ulama sebagai Mujadid umat Islam yang pertama, Umar
bin Abdul Aziz.
Belum cukupkah seluruh kisah kisah ini
menyentak diri sendiri agar beranjak dari pembaringan, melangkah menuju amal
ketaatan, membuatnya sadar dan berani bergulat dengan kemalasan dan membuatnya berfikir
ribuan kali untuk tetap dalam keadaannya saat ini. Pemalas, tak bergairah hidup
terlebih lagi berenergi untuk mengejar akhirat, dan hanya bersembunyi dari
kegagalan dibalik alasan demi alasan.
Bangun! Keshalihan itu bukan produk sekali
jadi. Ia terbentuk dari amal kecil, berevolusi menjadi kebiasaan kemudian
karakter dalam diri.
Memang keshaliha saja tidak cukup, tapi sebagai
pemantik api penerang di tengah gulita kejombloan dan kenestapaan itu cukup. Dengannya
Allah sendiri yang akan membimbingmu untuk melengkapi persayratan demi persyaratan
lainnya.
واتقوا الله ويعلمكم
الله
Jalan pejuang mawar merah itu adalah jalan
keshalihan.
Komentar
Posting Komentar