Pendidik Generasi
"Dibalik laki laki yang hebat terdapat perempuan yang tangguh"
sebuah jargon pelipur lara bagi kaum hawa, tapi
sebenarnya keberadaan seorang perempuan jauh dan lebih mulia dari kalimat
diatas, bahkan dalam kacamata islam “Dibalik sebuah umat yang berjaya terdapat
para Ummahat yang tangguh”.
Sedikit kita menengok kebelakang, semenjak
keruntuhan khilafah Utsmaniyyah peradaban Yahudi benar benar ingin menguliti
umat Islam ini dalam-dalam, memutus segala peluang untuk kebangkitan, dan
menyerang kita dari berbagai sisi. Bukan bermaksud melimpahkan kesalahan kepada
orang lain, jelas semua itu akibat kelemahan kita, jauhnya kita dari agama.
Akan tetapi, ada yang menarik. Kalau kita
perhatikan semenjak umat islam kehilangan induknya, akan tetapi umat ini tak
henti hentinya melahirkan para pahlawan hebat; Umar Mukhtar, Khattabi, Syamil
Basayef, pangeran diponegoro, dan sederet para pahlawan kebangkitan lainnya.
Mengapa? Karena pada saat itu umat Islam sebagai
kesatuan memang telah tiada, akan tetapi umat Islam sebagai entitas terkecil
yaitu keluarga masih ada. Keluarga sangatlah memerankan peranan penting dalam
mencetak generasi. Bukan sekolah, bukan Lembaga Pendidikan atau pelatihan.
Musuh Islam menyadari ini, kemudian apa yang
mereka lakukan? Benar sekali bagaimana caranya melenyapkan entitas umat Islam
ini selenyap lenyapnya. Yaitu dengan mengeluarkan sang pencetak generasi dari
rumahnya, mengacaukan system kekeluargaan atau bahkan benar-benar memandulkan
keluarga dengan pelegalan perkawinan sesama jenis.
Sebenarnya bukanlah feminisme yang mengancam,
atau liberalisme, sekulerisme, childfree, kesetaraan gender, dll. Tapi karena
minimnya ilmu agama kita, tak terdidiknya kita dengan Pendidikan Islam yang
benar.
Agama Islam telah membahas detail tugas,
kewajiban dan segala hal Pendidikan keluarga. Oleh karena itu agama menjadi
patokan semuanya.
Sang suami sebagai nahkoda keluarga sekaligus
kepala sekolah keluarga. Dia yang sepenuhnya bertanggung jawab akan berhasil
dan gagalnya Pendidikan keluarga. Kepala sekolah yang membuat kurikulum
keluarga, mengarahkan pendidik, segala fasilitas penunjang Pendidikan. Dia
sosok yang menginspirasi, pengawasan serta pendidikannya terasa walaupun
wujudnya tidak ada atau terpaut jarak membentang demi nafkah penghidupan serta
tanggung jawab terhadap umat.
Sang istri pencetak generasi hakiki, guru yang
berinteraksi langsung dengan hati, kasih sayang dan perhatiannya meluluhkan
serta tempat penumpah keluh kesah sehari hari anak anaknya.
Ibu guru yang satu ini sangat paham akan
kurikulum Pendidikan Islam, perkataannya adalah pendidikan iman, dan
sentuhannya penanaman nilai nilai kebenaran. Pelukan kasih sayangnya menularkan
senyawa cinta terhadap Allah dan RasulNya. Cerwet, marah dan kesalnya adalah bukti
kepedulian serta pengharapannya agar sang buah hati kelak menjadi salah satu
dari para pejuang Islam.
Dialah mawar merah yang melahirkan mawar mawar
merah lainnya, menumbuhkan pejuang yang akan menjadi Shalahuddin Al Ayubi dan
Nuruddin Zangky pada zaman ini, atau Abdul Qadir Al Jaelani dan Imam Al Ghazali
yang tangan tangannya membawa umat Islam kedalam eksistensinya lagi.
Komentar
Posting Komentar