Malam Takdir
Malam Takdir
Malam itu
tepat malam ke 23 Ramadhan. Sebuah masjid yang sunyi, walau memang biasanya di
malam malam ganjil intensitas jamaah yang beri’tikaf itu jauh lebih banyak akan
tetapi lelapnya malam yang diselimuti dingin sejuk membuat Sebagian besar
jama’ah tenggelam di pulau kapuknya.
Pojok kiri
masjid yg berbatasan langsung dengan kebun merupakan bagian yang lebih gelap
dibandingkan sisi sisi masjid yang lain. menjadikan tempat remang remang itu
disukai oleh seorang pemuda itu. rupanya sudah 7 harian ini ia bertempat
tinggal di masjid kecil pinggir jalan itu. ia menempati ruangan marbot yang
kosong dengan gulungan sajadah yang tergelar sedikit sebagai alas tubuhnya dari
dinginnya malam.
Tepat di
samping kiri masjid kecil itu, setelah ia terbangun dari tidur sejenaknya, ia
segera melakukan ritual rutinnya.
Rintikan
gerimis pada malam itu, hawa dingin yang membuat nyaman, suasana gelap yang
lebih nyaman dari malam malam yang lain menghilangkan rasa kantuk menyusupkan
rasa khusyuk dan khidmat, inikah pertanda malam kemuliaan itu?
Pemuda itu
teringat akan ceramah beberapa asatidazh ternama yang sama pula disampaikan
oleh syaikh tercintanya bahwa malam lailatul Qadr adalah malam dimana takdir
takdir Allah diturunkan ke langit dunia untuk satu tahun ke depannya. Maka
perbanyak do’a, karena hanya itu yang mampu menggeser dan merubah takdir yang
sudah ditetapkan.
Ia kirimkan
proposal kehidupannya, dan salah satu yang ia selipkan lirih dalam do’anya
adalah semoga satu tahun kedepan adalah masa emasnya dimana ia telah benar
benar siap menjemput mawar merah impiannya.
Sebenarnya
keinginannya untuk bersegera menjemput mawar impian itu sudah terbesit sejak
lama, kira kira Ketika usianya baru menginjak 20 tahun, saat ia berada pada
sebuah pesantren Tahfidz di Cilacap sana. Keinginannya sudah menggebu akan
tetapi ilmu yang masih jauh, menjadikannya tertunda terlebih dahulu dan ia
tekadkan untuk menimpa ilmu lebih dan lebih.
Sebuah puisi
dan kata kata singkat yang pernah ia tuliskan kala itu, tepat 29 April 2017
Sebuah
puisi
Sosok mawar
ini
Mawar hati
cerminan diri
Bukan
sekedar mawar tanpa duri
Yg indah
pesonanya dapat dinikmati
Tanpa mahar
tanpa permisi
Maaf bukan
kaulah yg aku cari
Kumbang
kumbang hinggap kesana kemari
Hinggap
mawar hilangkan putik sari
Dan ku
sadar mawar terbaik bukanlah yg slama ini
Kumbang
idam idami
Lalu apa yg
aku cari?
Ya, mawar
duri diantara jurang hidup dan mati
Tegar
diterpa angin dan anggun sinaran mentari
Kumbang
terbaiklah pasti yg kan miliki
Sampai
nanti
Wahai mawar
suci
Karna jika
kaulah yg tertulis dismping nama zubair qudsi
Niscaya
Allahlah yg kan satukan kembali
Dengan
caraNya, 'kun fayakun' pasti tetjadi
Dan jika
kau bukanlah mawar pilihan Robbi
Tak akan
jadi masalah dan sesal dalam hati
Komentar
Posting Komentar