Tak Karuan


 

“Hei kau yang ada di sana, apa kabarmu?” hanya itu yang bisa jomblo ngenes ini ucapkan dalam hati.

Masa-masa penantian seperti ini adalah masa-masa yang paling tidak karuan. Entahlah apa yang membuat hati jedag jedug tidak karuan, pikiran melayang, rasa ini tertarik terpelanting kemudian Kembali lagi ke dada, begitu terus.

Semoga dia yang dibalik do’a dan pengharapan itu adalah kebenaran dari Allah.

Entah diri dan hati yang terlalu baper atau rasa dalam rongga dada yang terlalu menganga lebar meninggalkan rasa sakit tiap saat bersentuhan dengan udara. Tapi jujur memang begitu adanya, mungkin tak terganmbar oleh kata-kata. Juga mungkin ini adalah rasa pertama yang pernah menerpa.

keduanya tak pernah bersua, jumpa, saling bicara, apalagi tegur sapa. Tapi energi yang terpancar, entah berapa kilo volt yang menyetrum dada.

Kalau boleh mengungkapkan rasa. Sungguh diri pemuda ini seperti tertimpa durian runtuh. Sangat tak disangka. Bagaikan kerak sumur yang bersentuhan dengan bintang di langit tsuraya, bahwa diri dirinya ini akan bersanding dengan  seorang bidadari yang sangat luar biasa. Yang berikan energi keimanan, kehormatan dan penjagaannya berates ratus kilo meter tak berbatas.

Seorang permaisuri dengan segudang ilmu, keterampilang mendidik yang mengankasa, kebijaksanaan yang mempesona, kehormatan yang sangat dijaganya benar-benar hanya untuk sang penjemputnya di ujung sana.

Salting, bingung, tak tahu harus apa diri saat menunggu kepastian. Orang yang menyaksikan keanehan itu hanya bisa bilang “sabar” mungkin hanya shalat dan keheningan malam yang dapat ungkapan kegundahan dan tak karuan.

Pancaran do’anya ucapan dan untaian katanya hanya menyapa malam sambil berbisik kepada malam dan ilahi Rabbi

“Wahai bidadari, permaisuri, izinkanlah pemuda ini mengisyaratkan bahwa kau adalah seperti mawar merah berduri, di tepi jurang antara hidup dan mati?”

“kepadaMu ya Rabb. Terimakasih atas segalanya. Bimbingan yang tak pernah luput kepada diri yang lemah ini, hamba harap jangan pernah berpaling dari kami. Hamba berjanji akan menjadikan sang permaisuri satu ini menjadi orang yang paling menyesal apabila kalau seandainya ia sampai menolak pinanganku ini.”

 

 

 

 

 

 

 


Komentar