Koleksi, Seleksi, Resepsi?

ini bukan masalah siapa cepat dia dapat atau siapa lambat dan keduluan hanya akan mendapat sisa, atau siapa paling banyak koleksi dan relasi dia yang paling berbahagia nanti. Tapi masalah siapa pantas dia akan mendapatkan yang sesuai dan pas seberapa kuat do’a dan usaha diri.

Ini bukan masalah seberapa banyak yang ditaklukkan, tapi seberapa berani dan yakin diri untuk mempersiapkan kemudian memilih yang satu untuk berkomitmen. usaha mencari yang sempurna, pengetahuan selalu diuptodatekan, info melanglang buana, dan pengalaman serta kenalan yang kemana-mana. Tapi itu bukan yang menentukan segalanya.

Bukan cepat meminang atau memboking, cepat dalam mematangkan diri itulah urgensinya. dan salah satu dari indikator kesuksesan generasi sahabat Nabi adalah nikah muda. Iya, karena itu adalah tanda mereka berhasil dalam pendidikan mereka, menghantarkan kedewasaan dalam berpikir, kemampuan memangku tanggung jawab, kematangan dan setiap sisi kehidupannya. Sehingga terjadi percepatan hebat dalam hidup mereka yang ditandai dengan nikah muda.

Kemudian, tak ada istilahnya mendapat sisa, atau tidak kebagian. Karena rizki itu tak akan pernah tertukar. Tinggal bagaimana kita mempercantik proses dalam menjemputnya. Proses yang halal, penuh peluh perjuangan dan pastinya dilandasi keilmuan yang mapan.

Saya teringat dengan momen Bersama syaikh idola dan kebanggaan saya, syaikh Munqiedz. Salah seorang teman saya menyeletuk, “Kalau anak ini syekh, dia tuh tidak tau banyak tentang Wanita” dipojokkan ia hanya membalasnya dengan senyuman. Pikirannya langsung tertuju pada salah satu kaidah yang salah. Semoga Allah memberi hidayah padanya yang mungkin sudah lama mengadopsi prinsip, ‘Koleksi, Seleksi, Resepsi’ yang pasti hanya akan berujung pada penyesalah. Karena tidak dilandasi ilmu, tida dimulai dari diri sendiri, juga belum berakhir kepadaNya.

Kalau memang benar seperti itu, dimanakah letak kisah cinta yang melegenda Ali dan Aisyah? Kisah romantis pertemuan ayah Abdullah bin Mubarak dengan sang istri? Ataupun kisah sang pemuda dengan sebuah apel yang menghantarkannya ke pelaminan terbaiknya?

Pernah dengar kisah teman atau kerabat yang mencoba mencari belahan hatinya kesana kemari, ternyata jodohnya masih berada disebrang rumah atau beralmamater sekolahnya yang dulu sangat anti?

Cukup focus terhadap diri, tak usah muluk muluk, mendewakan usaha manusia. Lihatlah ke sudut pandang yang lebih dalam lagi.

 


Komentar