Keteladanan & Do'a

Masalah adalah sesuatu yang tak akan bisa dihindari; masalah dalam mendidik anak orang, atau anak sendiri, saat di kelas hingga di dalam rumah tangga, hingga orang yang sengaja mencari masalah dengan diri kita. Tinggal yang diminta dari manusia adalah bagaimana ia menyikapinya dan bagaimana selepas masalah itu pergi hikmah dan kebaikan justru yang dituai.

Termasuk juga dalam mendidik. Entah itu anak sendiri atau anak orang. Tidak mungkin tidak ada masalah. Entah yang berasal dari diri peserta didik, kenakalan mereka, ketidak pahaman mereka, atau dari atasan, dari kolega guru, dan yang paling banyak juga menjadi sumber dari semua masalah yang sering tidak dilihat sebagai masalah adalah masalah yang bersumber dari diri sendiri.

Fitrah manusia memang ditakdirkan untuk selalu mengeluh, menyalahkan keadaan, melimpahkan kesalahan kepada orang lain dan selalu ingin menang sendiri serta tidak mau kalah. Sehingga diri sendiri sangat kurang terintropeksi. Sehingga kata beberapa pakar Pendidikan, masalah terbesar Pendidikan terletak pada guru. Hingga muncul sebuah kata Mutiara, kurikulum yang mati dan buruk dengan guru yang baik dan berkualitas akan maka akan menjadi hidup, sebaliknya kurikulum yang hebat dan keren, akan menjadi mati oleh guru yang buruk dan tidak bertanggung jawab.

Kuncinya adalah dua hal dalam Pendidikan umum ataupu keluarga. Keteladanan dan do’a.

Kembali lagi menjadi teladan, terus benahi dan kritik habis diri sendiri serta maksimalkan usaha diri.

Menjadi teladan juga berarti keteladanan dalam keilmuan, terus berbenah dengan ilmu kependidikan, akhlak diri, keimanan dan kuatnya komitmen dalam ibadah. Apabila semua telah terkerah dengan maksimal. Ingatlah bahwa manusia adalah makhluk yang lemah, penuh kekurangan. Sedangkan penghalang pendidikan beserta para setan sebagai tim suksesnya tak pernah tinggal diam. Maka disinilah waktunya bagi kita untuk melambungkan kekuatan, melipatgandakan potensi dan menghubungkan relasi dengan yang ada di langit. Berdo’a. mersimpuh dihadapannya dengan membawa nama nama mereka agar Allah turun tangan dalam proses pendidikannya.

Semaksimal apapun pendidik, sehabat apapun lembaga pendidikan tak akan mampu berbuat banyak bilamana sendirian. Allah haruslah kita libatkan, bukan sekedar embel embel pembukaan, atau sekedar ayat ayatnya disusun indah dalam benner dan selogan. Tapi dalam segala sisi, bahkan hingga unsur terkecil.

Hingga dengan tangan kemahakuasaannya peserta didik dan anak anak kita kelak mendapat penjagaan dan pendidikan langsung dariNya.

Ya, syaratnya dua; keteladanan sebagai bentuk ikhtiar maksimal dan do’a sebagai bukti tawakkal yang slalu terpanjatkan tanpa henti.


Komentar