Fokus Diri 1
إن الله لا يغير ما بقوم حتى يغير ما بأنفسهم
Bahwa Allah tidak akan mengubah suatu kaum
sampai mereka mengubah apa yang ada di dalam diri mereka sendiri.
Banyak orang bercita cita untuk mengubah dunia.
setelah ia mencobanya ia baru tersadar bahwa itu semua hanyalah bualan belaka
apabila ia tidak mengubah satu masyarakat. Setelah ia terjun menjajal untuk
memperbaiki masyarakat, ia berujung pada kesimpulan bahwa ia harus merubah
entitas terkecil yaitu keluarga. Setelah ia berjuang untuk mengubah
keluarganya, ia menemukan kesimpulan bahwa ia harus memulainya dari mengubah
diri sendiri. Ketika ia hendak mengubah diri sendiri, tersadarlah ia bahwa ia
sudah menua dan batas usianya sudah tak lagi banyak, hingga akhirnya tak ada
perubahan apapun yang ia lakukan.
Siapapun kamu, kapan, dimanapun dan
bagaimanapun lingkungan kamu berada, jika perubahan adalah hal yang sangat kau
rindukan. Maka mulailah perubahan pada diri sendiri.
Yah, walaupun ini juga bukan berarti kita
berlepas diri tanpa memikirkan solusi untuk sekitar dan pemecah kerumitan
problematika manusia. Tapi fokus kita tetaplah pada diri sendiri.
Apa yang mampu kulakukan? Apa kewajibanku? Apa
yang seharusnya kukerjakan?
Termasuk dalam memitik mawar pilihan. Cukup
menjadi sang pemetik yang pantas, dan meningkatkan sebaik baiknya keshalihan.
Maka jodoh impian akan tergariskan dalam suratan takdir kehidupan.
Seperti ayah dari seorang ulama kenamaan,
Abdullah bin Mubarak. Si Mubarak hanyalah seorang pekerja miskin yang
ditugaskan menjaga kebun anggur milik tuannya. Suatu Ketika sang tuan
memanggilnya dan memintanya agar mengambilkan anggur terbaik yang akan ia
suguhkan kepada tamu kehormatan.
Dengan penuh kepolosan si Mubarak mengambil
satu ikat anggur yang berwarna hijau dan menyuguhkannya kepada majikannya.
“Cuiiih… apa apaan kamu ini, ini anggur mentah. Masih masam. Mengapa kau
memberikannya kepadaku?” teriak majikannya marah kepadanya. Mubarak pun segera
pergi Kembali ke kebun dan menghadirkan setangkai anggur yang berwana hitam dan
lunak, kemudian Kembali menghadirkannya kepada sang majikan. “Hey Mubarak… kamu
mau membunuhku yah? Masa anggur sudah banyak ulat dan busuk ini mau kau berikan
kepadaku?” amarah majikannya memuncak. “Maaf tuah, saya tidak tahu mana anggur
yang manis dan mana anggur yang buruk” kata Mubarak dengan penuh rasa bersalah.
“kamu 3 tahun bekerja di kebunku, dan masih
belum bisa membedakan mana anggur yang manis dan mana anggur yang buruk? Apa
saja yang kau lakukan?” omel majikannya kepada Mubarak. “Iya tuan, saya tidak
tahu. Karena saya hanya ditugaskan untuk menjaga kebun anggur, bukan untuk
mencicipi anggur anggur itu.”
Mendengar jawaban Mubarak sang tuan tersentak
dan baru ia tersadar bahwa pembantunya ini adalah orang yang benar benar taat
beragama dan memiliki sifat wara yang tinggi. Sehingga majikannyan pun
menjadikannya penasehat dalam memutuskan segala sesuatu, salah satunya dalam
memutuskan kepda siapa ia menikahkan anak gadisnya ini.
“Wahai Mubarak, kira kira kepada siapa yah saya
menikahkan anak gadisku ini?” tanya majikannya meminta pendapat. “wahai tuan,
sebaik baiknya orang yang menjadi suami adalah ia yang paling baik agamanya”
jawab Mubarak dengan polos. Tanpa banyak bicara, sang tuan segera menarik
tangan Mubarak dan menikahkannya dengan putrinya. Sehingga dari pernikahan
mereka berdua yang penuh barakah ini terlahirlah seorang ulama dunia yang
Namanya dikenang hingga saat ini.
Ssssttttt… tak usah banyak berkoar, tak usah
banyak membual dan tak usah banyak iri dengan capaian orang lain. Cukup simpan
itu semua, hingga mampu menjadi pelejit dan penguat motivasi untuk bisa
menghalalkan. Bukan masalah kapan dan dengan siapa. Tapi yang jadi masalah
adalah kapan kau memulainya? Dan siapa kamu sekarang hingga berani meminangnya?
Maka satu satunya jawaban yang pantas adalah memulai persiapannya dari sekarang,
dan kau adalah sosok biasa yang hanya berusaha menjadi pribadi sejujur serta
seshalih mungkin di mata Allah.
Komentar
Posting Komentar