اللهم تقبل مني

Do’a ini dan do’a-do’a yang lainnya sebenarnya tidak terlalu ada perbedaan padanya. Hanya saja untaian do’a singkat itu terdengar dari sebuah kisah salah seorang pahlawan Islam yang tergolong sahabat Nabi junior, Uqbah bin Nafi’.

Beliaulah sang pembuka Afrika utara hingga ke batas terujung Maroko. Dengan prestasi luar biasa dan amalan unggulannya itu dia masih terus memacu kudanya hingga ke tepian laut hingga deburan ombak menyapu lembut dada kuda yang ia tunggangi sambil berteriak “Ya Allah, jikalau aku tahu di balik samudra ini masih terdapat daratan yang ditinggali manusia, maka akan aku sebrangi dan akan aku tegakkan kalimatMu disana!.” Ia pun Kembali dan dengan rendah hatinya seraya mengucapkan do’a ini.

اللهم تقبل مني

“Ya Allah terimalah persembahan dariku ini”

Ia bahkan tak menyebut amalannya, karena ia merasa masterpiecenya ini sangat kecil dan tak berarti apa apa di hadapan Allah.

Karena memang inti dari kehidupan ini adalah bagaimana semua perjuangan, perbuatan kita sebagai manusia bukan diterima di mata manusia, atau tercatat dalam lembaran sejarah. Tapi cukuplah betapa bermekaran bunga-bunga hati ini bila ada satu saja amalan yang kelak pantas Allah terima dan dengan keridhoannya itu dapat memasukkan kita ke surga.

Dari seluruh jalan setapak kehidupan yang singkat ini, haruslah yang menjadi tujuan setiap muslim adalah bagaimana memberikan kontribusi terbaiknya. Sabda baginda Nabi “semuanya telah dimudahkan terhadap apa yang diciptakan untuknya.”

Ketika seorang guru telah mengira bahwa Allah telah membukakan kepadanya begitu banyak pintu-pintu dalam medan pendidikan, maka disitulah seharusnya ia kian memantapkan untuk menggoreskan setitik amalan itu.

“Inilah jalan ninjaku!” begitu gumamnya dalam hati dengan tekad yang mantap.

Niscaya apa apa yang akan datang setelahnya itu akan menjadi penyokong, penguat, pemantap dan akan Allah takdirkan rahasia rahasianya yang menjadikannya semakin mahir untuk meracik masterpiece karya terbaiknya.

 


Komentar